Kalimat Bertukar Tangkap dengan Lepas dapat kita temui dalam Puisi Padamu Jua Karya Amir Hamzah, adalah pada bait kelima. Berikut ini kutipan lengkap Puisi Padamu Jua Karya Amir Hamzah
![]() |
MAKNA BERTUKAR TANGKAP DENGAN LEPAS DALAM PUISI PADAMU JUA KARYA AMIR HAMZAH |
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar yang sudah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di atas, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak dasar puisi terbaru di Indonesia.
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang konferensi dua orang kekasih yang telah usang terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi kasatmata, seperti kandil, pelita, tabah, setia, dara. Selain itu banyak juga dipakai kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat menolong kita untuk mengetahui maksud dari puisi tersebut. Oleh alasannya itu, saya menafsirkan konferensi yang dimaksud ialah pertemuan yang infinit, adalah sesudah kematian saya lirik. Sedangkan kekasih yang dimaksud yaitu Tuhan saya lirik yang senantiasa mencintainya walupun aku lirik sudah berpaling dari-Nya.
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dulu
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dulu
Dari potongan puisi itu, merupakan habis kikis segala cintaku hilang melayang, yaitu kecintaannya pada dunia yang telah terkikis pulang kembali terhadap tuhannya seperti dulu, mungkin ia sejenak sudah melalaikan tuhannya dan kembali pada tuhannya.
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia senantiasa.
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia senantiasa.
“Kau” lah kandil kemerlap, pelita jendela di malam gelap, memiliki arti Tuhan yang senantiasa menjadi penerang hidup meskipun pada saat kita sedang dalam kegelapan dosa atau kekufuran kehidupan, tetapi Tuhan tetap tabah, setia menerima kita kembali ke jalan yang benar dengan mengingatnya
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Menandakan bahwa Tuhan merupakan satu-satunya yang tetap mengawaldi kala “aku” sedang dalam kehampaan, namun si “saya” ialah insan yang rindu akan rupa Tuhannya walaupun ia tak mampu menyaksikan pribadi bias tuhannya, sebab hakikatnya Tuhan tidak bisa kita lihat, sedangkan rindu rasa merupakan kerinduan “Aku” pada kasih sayang sang pencipta yang mungkin telah dia lewati sebab kehidupan duniawi.
Di mana engkau/rupa tiada/suara sayup/cuma kata merangkai hati//, si “aku” mencari-cari di mana tuhannya, dia cuma mampu merangkai suatu kecintaan pada tuhannya di dalam hati.
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa saya dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
mangsa saya dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Sungguh Tuhan ialah pencemburu yang paling hebat, yang tak menghendaki hambanya mengasihi lebih dari tuhannya. Engkau ganas, dalam arti banyak perayaan Tuhan terhadap hambaNya yang ceroboh dan di jalan yang salah.
Mangsa saya dalam cakarmu ialah cita-cita “aku” menerima Ridho dari Tuhan yang maha besar lengan berkuasa. Bertukar tangkap dengan lepas merefleksikan perilaku hamba yang mesti sepadan antara kehidupan duniawiah dan kehidupan dengan tuhannya.
Nanar aku, aneh sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik mempesona ingin
serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menanti seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
sayang berulang padamu jua
engkau pelik mempesona ingin
serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menanti seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
Dari kutipan di atas mampu diambil makna bahwa sayang “Aku” kembali pada sang penciptanya. Yang mempesona hambanya untuk kembali serupa “Dara di balik tirai” yang sunggu memesona walaupun tak tampak secara pribadi. Kasih Tuhan itu Abadi kepada hambanya dan dengan Mati Lah si “Aku” mampu menemui Cinta nya atau kekasihnya yakni tuhan.
Sumber https://carahiba.blogspot.com
EmoticonEmoticon